" Sudah dapat apa? Apa yang sudah saya dapat? Apa yang sudah saya hasilkan? Apa? "
Sebuah pertanyaan simpel namun begitu menggelitik, Pertanyaan itu bagaikan racun. Bagaikan hantu. Menghantui saya. Membuat saya merasa dikejar, ditagih dan pada akhirnya membuat saya sadar bahwa saya memang belum dapat apa-apa.
Sudah dua tahun lebih saya lulus dari bangku SMA, dan saya ingin mengenang itu lagi..
saya bukanlah seorang murid yang pandai, apalagi di bidang pendidikan ?. Nol besar. Masa SMA saya tidak berjalan dengan baik. Cap berprestasi, anak pintar dan siswa teladan bukan milik saya. seluruh isi sekolah mengenal saya sebagai si raja bolos, tukang cabut, langganan remedial, panglima tawuran dan pasien rutin di ruang bimbingan konselling. Lulus SMA pun saya merasa cuma lulus aja, tanpa ada prestasi, tanpa ada sebuah kebanggaan membumbung atas sebuah prestasi yang saya dapat. Saya tidak menyesal. Cuma kecewa. Saya kecewa karena saya tidak cukup dewasa untuk menyikapi berbagai masalah yang ada ketika saya SMA, memilih untuk kabur dan melangkah di jalan pintas dengan sering bolos sekolah, menjadi anak bandel, dan pada akhirnya membuat saya dikenal sebagai siswa bermasalah. Sedih? Itu pasti. Tidak pernah terbayang di benak saya bahwa masa SMA saya akan seperti itu. Penuh gejolak. Konflik. Dan berujung dengan menumpuknya stress, hampir depresi dan aneka macam sesi dengan guru bimbingan konselling. Kalau bisa memutar waktu saya pasti akan mencoba mengisi masa SMA saya dengan lebih baik, dengan hal-hal yang jauh lebih berguna dari sekedar bolos sekolah untuk melepaskan stress, dengan belajar yang giat atau aktif di kegiatan sekolah,
Iri.. Saya kerap kali iri melihat teman-teman saya yang berprestasi, yang dengan usia belia sudah mengukir berbagai prestasi mengagumkan. Melihat mereka membuat saya jatuh, itu bukan hal yang jarang terjadi, frekuensinya cukup sering. Saya iri melihat mereka. Dan saya ingin seperti mereka. Muda dan berprestasi, bukankah itu begitu hebat?
Saya mau beberapa tahun lagi datang ke SMA BOSA dan membuat guru-guru disana bangga. Saya mau mereka melihat saya sebagai sosok berprestasi. Sosok yang bisa mengejar impiannya, dengan caranya sendiri. Sosok yang bukan lagi anak bermasalah yang hampir depresi, tapi seorang pemuda yang mau berjuang untuk mengukir prestasi. Semoga jalan untuk ke arah sana dapat saya lalui dengan mudah. Amien.
Senin, 31 Januari 2011
Langganan:
Postingan (Atom)